Sumber: http://kamu-klik.blogspot.com/2012/01/membuat-menu-navigasi-dropdown-blog.html#ixzz1oPyySb00
Selamat menikmati segala berita yang ada pada kami.JHH Blog akan selalu Update berita terbaru seputar Juventus.

Diam Itu Emas

Logika pada dasarnya dimaksudkan untuk mencari kebenaran. Mencari jawaban atas setiap pertanyaan. Namun, seperti gambar diatas, logika justru dapat menjadi bumerang karena bisa mengaburkan kenyataan itu sendiri. Lebih parah lagi, dapat menimbulkan provokasi bagi publik yang ujungnya dapat menimbulkan kekacauan.
Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni Deduktif dan Induktif. Logika Deduktif adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen dengan menarik kesimpulan dari konsekuensi logis premis-premisnya. Namun Logika Deduktif ini mempunyai aturan yang tidak dapat dilanggar yaitu premis tidak boleh lebih dari 2. Jika lebih dari dua maka kesimpulannya menjadi tidak valid dan tidak logis. Persis seperti gambar diatas. Berikut contohnya Logika Deduktif: (Premis 1) Juventus memiliki penguasaan bola tertinggi di Serie A. (Premis 2) Juventus menghasilkan banyak sekali peluang. (Kesimpulan) Juventus menguasai pertandingan.
Ada lagi yang namanya Logika Induktif. Logika ini adalah penalaran yang mengambil fakta-fakta yang dirangkum menjadi satu kesimpulan umum. Contoh: (Fakta 1) Juventus memiliki penguasaan bola tertinggi di Serie A. (Fakta 2) Juventus menghasilkan banyak sekali peluang. (Fakta 3) Juventus memiliki ratio gol yang rendah. (Fakta 4) Juventus tidak memiliki striker yang haus gol (Kesimpulan umum) Juventus menguasai pertandingan namun kesulitan menciptakan gol.
Dari penjelasan diatas jelas terlihat bahwa penyusunan premis, fakta dan kesimpulan dapat diambil dari berbagai sumber. Dalam arti lain, subjektif. Kami sendiri mengambil data dan fakta dari sumber yang kami percaya sehingga kami dapat mengambil kesimpulan bahwa tingkat penguasaan bola, banyaknya peluang dan kreasi tidak berbanding lurus dengan gol yang terjadi. Apalagi penalti. Namun tentu hal ini berbeda dengan Juventino lainnya. Ini yang akhirnya menimbulkan kontroversi akhir-akhir ini. Semua terjadi karena pada dasarnya kebenaran selalu subjektif. My truth…your truth and the truth itself. Cara paling efektif untuk menghindari kontroversi adalah diam dan bekerja keras untuk membuktikan diri. Inilah yang (mungkin dan seharusnya) mendasari Silenzo Stampa Juventus.
We have decided to take a moment to reflect because the thoughts we have expressed in the past are the same, but right now we consider it is not appropriate to repeat them, because of the attention that they received. At this point we must continue to believe our chances. We are still in contention for our two goals: Serie A and Coppa Italia, where we are fighting against everything and everyone”
Andrea Agnelli menyatakan dengan jelas. Juventus diam untuk merefleksikan diri sendiri dan berusaha fokus terhadap tujuannya di dua kompetisi. Ini adalah sebuah penjelasan yang baik. Walaupun kita semua tahu bahwa Silenzo Stampa ini didasari kemarahan akibat penalti yang tidak diberikan namun nyatanya Agnelli memilih kata-kata yang seimbang dan tidak menuduh siapapun. Ini langkah yang sangat baik. Sungguh memalukan jika Agnelli menyatakan alasan Silenzo Stampa karena marah kepada wasit. Kredit patut diberikan kepada Agnelli yang masih menggunakan kepalanya dalam mengambil tindakan. Hal ini pun akhirnya diikuti oleh semua personel Juventus khususnya Conte.
Seperti yang sudah diungkapkan dalam Preview Genoa-Juventus terdahulu, Scudetto adalah harapan semua Juventino. Apalagi Conte sendiri sudah mencanangkan target Scudetto musim ini. Jadi bukan salah fans jika semakin mengharapkan Scudetto. Dan jelas sangat wajar jika fans sangat kecewa karena berkali-kali Juventus tidak dapat memanfaatkan peluang yang ada. Fans tambah kesal karena setiap kali seri atau mendapatkan hasil yang tidak baik, Conte selalu menyatakan bahwa sebetulnya Juventus lebih baik dari musim sebelumnya atau dengan kata lain jangan terlalu mengharapkan Scudetto. Ini jelas membingungkan fans yang terlanjur merasa “dijanjikan”. Namun Conte juga tidak dapat disalahkan. Adalah kewajibannya mendorong semangat para pemain dengan mencanangkan target tinggi. Adalah kewajibannya mendorong fans untuk lebih memberikan dukungannya terhadap tim. Namun sayangnya kenyataan berbanding terbalik. Ternyata performa Juventus menurun. Fans marah. Dan Conte pun menyadari bahwa terus menerus memberikan statemen hanya akan menghasilkan kontroversi lanjutan. Akhirnya diambil jalan paling efektif yaitu diam. Para pemain pun dituntut melakukan hal yang sama.
Dari hal-hal diatas dapat terlihat bahwa Silenzo Stampa memang hal yang paling tepat dilakukan saat ini. Namun sampai kapan aksi diam ini akan berakhir? Juventus harus segera menemukan streak kemenangan dan memastikan tempat difinal Coppa Italia. Itulah jawaban yang paling realistis walau sangat menyakitkan. Sangat menyakitkan karena memang sangat tidak mudah. Sangat tidak mudah karena hanya Tuhan yang dapat memberikan keberuntungan…dan Juventus memang sangat membutuhkan keberuntungan saat ini. Namun satu hal yang pasti, keberuntungan itu seperti bola. It goes around and comes around. Keberuntungan pasti datang satu saat nanti. Semoga saja tidak terlalu lama.
Mari kita refresh sejenak ke pasar transfer. Kabar terakhir menyebutkan bahwa Paul Pogba tidak jadi menandatangani kontrak dengan Juventus dan memilih untuk melanjutkan karirnya di Manchester United.
Kabar ini sebetulnya cukup melegakan. Potensi Bouy, Appelt-Pires, Luca Marrone dan Yussef Chibsah sangat menjanjikan. Kedatangan Pogba hanya akan membuat mereka menunggu lebih lama lagi di bench dan Primavera. Pogba memang diprediksi akan segera tampil di tim utama. Setidaknya inilah isi klausul kontrak Pogba dengan Juventus. Pogba, melalui agennya Mino Raiola, meminta baik kepada Juventus dan MU untuk segera memainkan Pogba di tim utama jika ingin memilikinya. Akhirnya Sir Alex menyerah. Ini juga yang menjadi titik yang membuat Pogba mempertimbangkan kembali tawaran Juventus. Minggu yang lalu ia dimasukkan Sir Alex kedalam skuad utama melawan WBA. Namun seperti yang dikatakan diatas, tidak jadinya Pogba bergabung dengan Juventus, justru berarti baik bagi skuad muda Juventus.
Ada kabar lain yang sangat membanggakan datang dari orang nomor satu di UEFA. Siapa lagi jika bukan sang Legenda Juventus “Michele Platini”. Kemarin ia mengunjungi Juventus Stadium dan dengan gamblang ia menyatakan bahwa ia seorang Juventino yang berharap bisa bermain di Juventus Stadium karena atmosfernya yang sangat luar biasa.
I wish I could go back in time and play here with my Juve. This stadium is beautiful and sets an example for rest of the Europe”

Share on :

1 komentar:

Giring for RI-1 2024 mengatakan...

Diam itu ems ketika hati Anda marah atau pahit

Posting Komentar

 
© Copyright Juventini Hura-Hura 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all