Sumber: http://kamu-klik.blogspot.com/2012/01/membuat-menu-navigasi-dropdown-blog.html#ixzz1oPyySb00
Selamat menikmati segala berita yang ada pada kami.JHH Blog akan selalu Update berita terbaru seputar Juventus.

Dioma A Pratama : Juventus Sebuah Perjalanan Hati

Berbicara mengenai Juventus rasanya bagi saya adalah membicarakan kekasih hati. Seperti yang kita semua tahu, mencintai Juventus itu susah tapi kalau sudah “kena” maka sulit bagi anda untuk melepaskan rasa cinta itu. Dimulai dari sekitar kelas tiga SD. Saat itu tahunnya Roma merayakan scudetto. Bentuk bagaimana scudetto itu saya lihat ketika pemain Roma ‘ditelanjangi’ di lapangan. Mulai dari Batistuta, Montella, Candela, Delvecchio yang saya ingat ketika itu menghiasi layar tv saya.
Tapi bukan peristiwa scudetto itu yang mencuri perhatian saya. Jauh sebelum Roma memenangi scudetto, saya berada di rumah kakek saya. Kakek saya memang pecinta sepakbola sejati sedari dulu. Detilnya saya lupa. Setelah itu barulah saya tahu apa itu Juventus. Namun di umur yang masih sangat kecil dan masih banyak pengalih perhatian dari sepakbola, saya belum merasa 100% cinta Juve saat itu hehe. Memasuki tahun 2002, Piala Dunia bergulir. Saat itu saya sudah aktif main bola di sekolah, mulai membaca koran Bola sesekali dan membeli majalah Bola Vaganza. Tidak lupa juga membeli buku panduan Piala Dunia yang dicetak oleh koran Bola. Yang mengusik hati saat itu tapi adalah salah satu iklan produk Indonesia.

Iklan yang membius hati
Extra Joss menampilkan iklan yang dibintangi oleh Alessandro Del Piero ditemani presenter terkenal Dik Doank. Di iklan tersebut saya juga lupa bagaimana detilnya tetapi yang saya ingat, Ale melakukan tendangan akrobatik. Bagi saya yang masih berumur jagung melihat iklan itu “wah” sekali. Akhirnya saya belajar mengetahui lebih dalam tentang Juve. Tidak begitu banyak media yang bisa dimanfaatkan saat itu. Paling dari koran Bola dan beberapa tabloid yang saya beli namun program televisi Liga Calcio saat itu salah satu yang paling interaktif di zamannya.
Memasuki tahun 2003-2004 saya sudah cukup mengerti dunia sepakbola, begitu juga Juventus walaupun tetap masih dangkal pengetahuan saya saat itu. Pengalaman masuk final Liga Champions 2002-2003 banyak mewarnai awal saya mendalami Juve. Gol indah dari Pavel Nedved selalu terbayang di benak pikiran saya. Zinedine Zidane dan Luis Figo yang menurut saya adalah gelandang terbaik pada saat itu dibuat pulang tertunduk di Delle Alpi. Sejak saat itulah Pavel Nedved menjadi idola kedua saya setelah Alex.
Dari hasil majalah, tabloid, koran yang saya beli banyak foto-foto pemain Juve yang saya gunting untuk menghiasi binder saya saat itu. Tapi hanya Pavel Nedved yang menjadi cover depan di Binder saya, bagi saya sosok Pavel sangat bersahaja dan sederhana dan lagi mirip tokoh-tokoh fantasi,apalagi karena rambut pirangnya haha. Medio 2004-2005 adalah masa-masa terindah saya menikmati kedigdayaan Juve. Mengetahui Zlatan Ibrahimovic pindah dari Ajax ke Juve saya sungguh terkejut. Jelas karena golnya yang menggocek banyak bek lawan lalu melesakkan gol ke gawang lawan saat masih di Ajax itulah yang menjadi faktor saya yakin striker ini akan berhasil di Juve. Belum lagi Patrick Vieira yang notabene kapten Arsenal bisa dibajak Moggi ke Turin. Musim tersebut adalah musim dimana saya bisa tertidur sebelum pertandingan usai dan di pagi hari media memberitakan Juve menang.
“The True Gentleman Never Leaves His Lady”
Tahun-tahun berikutnya Juve makin superior walau di pentas Eropa belum bisa maksimal. Jujur saya benar-benar menanti trofi Liga Champions. Gelar itu benar-benar prestisius dan saya belum berkesempatan untuk menyaksikan Juve memenangkannya langsung di depan mata saya. Setelah dua tahun yang sangat indah tiba-tiba dikejutkan oleh berita Calciopoli (baca : Morattipoli ). Juve dikatakan curang, memakai “jasa pengaturan skor” dan berkolega dengan wasit. Saya jujur saat itu tidak tahu mana fakta mana yang merupakan kebohogan. Yang saya dapatkan dari media di Indonesia hanya memberitahu bahwa Luciano Moggi aktor utama dibalik kasus tersebut. Saya kaget bukan main ketika tahu Juve harus turun kasta yang artinya Juve harus berusaha kembali dari bawah untuk tampil di Serie-A.
Pemain-pemain mulai pindah karena enggan mengikuti kompetisi strata kedua di Italia tersebut. Dengan berbagai alasan mereka pindah. Dari keseluruhan nama besar yang pindah yang paling sakit hati jatuh di Zlatan Ibrahimovic. Pemain yang satu ini benar-benar mencuri perhatian saya. Skillnya memang tidak usah diragukan, di permainan Winning Eleven saja saya lebih memilih dia dibanding Alex hehe. Tapi kenyataannya ternyata hatinya belum begitu kuat untuk tetap di Turin. Keputusan Del Piero, Nedved, Buffon, Camoranesi dan Trezeguet untuk bertahan benar-benar membuat saya makin cinta dengan Juve. Terlepas dari nama-nama besar dan prestasi mereka, keputusan yang mereka pilih benar-benar membuat saya mematri nama Juve sampai di mati di hati saya. Disinilah saya belajar menjadi Juventini yang sebenarnya, sebuah ujian bagi saya yang masih muda untuk tetap bertahan pada satu Juventus.
Saya ingat, saat itu walaupun Juve turun ke Serie-B tetapi di game sepakbola nama Juventus masih tetap ada. Kalau tidak salah koran Bola juga memiliki suatu kolom tersendiri untuk ‘memantau’ pergerakan Juventus di Serie-B lengkap dengan klasemen dan berita-berita Juve. Nama besar Juventus tetap diperhitungkan walau harus turun kasta. Sejak saat itulah saya berjanji pada diri saya tidak ada klub lain selain Juve. Memasuki tahun-tahun kedepannya saya selalu belajar untuk mengetahui apa itu Juve, apa saja yang dimiliki Juve, bagaimana karakteristik dan DNA juara di Juve melalui berbagai macam media yang saya punya. Ditambah lagi kehadiran Juventus Club Indonesia yang menjadi wadah para Juventini di Indonesia.
 Budaya ‘nonton bareng’ menjadi kewajiban saya, menghafal cori untuk dinyanyikan secara lantang menjadi keharusan saya saat mendukung Juve. Mulai jatuh pada hobi ‘kain laknat’ yaitu jersey Juve meracuni dompet ‘medioker’ saya haha. Dan yang terakhir saya boleh berbangga hati membentuk Juventus Club Chapter Jatinangor, sebuah chapter dari Juventus Club Indonesia yang berbasis di kota kecil Jatinangor di pinggiran kota Bandung tempat yang didominasi mahasiswa Unpad ini.
Juventus Club Indonesia Chapter Jatinangor, Saya duduk di depan
Berbagai lika-liku dan ujian saya hadapi saat menjadi Juventini. Mulai dari diolok-olok teman karena menjadi tim yang curang, tim yang medioker, melihat kenyataan Juve harus turun kasta dan lain-lainnya. Ketika saya merasa Juve masih belum bisa bangkit terutama di beberapa tahun terakhir terkadang saya begitu kesal dengan keadaan ini. Terkadang saya merasa sampai kapan saya harus melihat Juve yang belum bangkit. Tapi semua itu bisa hilang dengan mudah hanya dengan sebuah lagu yang bernama ‘Ill Storia Un Grande Amore’ . sebuah anthem yang selalu membuat bulu kuduk saya berdiri dan hati bergetar. Cukup dengan memejamkan mata saat mendengar lagu tersebut saya selalu yakin Juventus akan kembali menjadi raksasa sepakbola dunia.
Share on :

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright Juventini Hura-Hura 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all