Perkenalkan nama saya @peternugh dan bisa dibilang tifosi Juve sejak lama. Lebih spesifiknya mungkin sejak SD dan sejak itu pula DNA hitam putih terus mengalir, bahkan ketika Juve harus terlempar ke serie b saya mencoba untuk berpaling ke klub lain. Tapi apa mau dikata, mulut bisa berbicara klub lain tapi hati tidak. Seketika itu saya sadar, memang Juve bukan hanya kekasih Italia tetapi kekasih ku juga.
Pada musim panas kemarin, saya berkesempatan untuk menghabiskan libur semester selama 1 bulan dengan pergi ke rumah saudara yang ada di Geneva, Swiss. Geneva sendiri hanya berjarak 3 jam perjalanan dari Turin, karena itu mengunjungi Turin jelas adalah salah satu hidden agenda Saya dalam liburan kali ini. Kebetulan keluarga saya yang tinggal di Geneva tersebut juga penggemar bola, terutama paman saya adalah penggemar berat Real Madrid.
Secara tidak disangka mereka mengajak untuk ikut ke Madrid, karena mereka tidak ingin saya hanya berdiam diri di Geneva. Main destinationnya tentu saja adalah St. Bernabeu. Pada hari pertama kita melakukan stadium tour di bernabeu, karena saya adalah seorang juventini tentu tour ini tidak begitu menarik. Tapi setelah masuk, ternyata di dalam terdapat pernik juventus, yaitu memori final champions league pada tahun 1998 di amsterdam.
Jersey final pada saat itu, souvenir dari juventus yang diberikan pada real madrid serta potongan tiket pertandingan. Hanya itu yang saya dapatkan di Madrid.
Pada minggu ke 3 saya di Geneva, Paman saya mengajak untuk berkunjung ke Milan. WHAT ???!!! MILAN ???? OMG, tentu saja di hati sangat tidak ingin berkunjung kesana, tentu tempat tersebut bisa dibilang “terlarang” bagi Juventini. Tapi saya tidak enak untuk menolak ajakan tersebut karena sudah terlanjur mem-booking hotel. Ketika melihat mimik wajah saya sedikit aneh ketika akan diajak ke Milan, Paman saya pun baru sadar bahwa saya adalah juventino. Lalu dengan sedikit nada malu, saya memberanikan diri untuk memberi advise ”Bagaimana kalau kita ke Milan lewat Turin terlebih dahulu. Lagian, kita booking hotel di Milan pada sore hari, jadi kita bisa berangkat pagi hari untuk ke Turin terlebih dahulu”. Akhirnya Paman saya mengiyakan advise saya tadi dan WOW, dalam hati rasanya seperti ingin berjumpa dengan kekasih.
Hari yang ditunggu pun tiba, kita berlima (saya, paman, tante, serta kedua sepupu) berangkat menuju Turin dengan mengendarai mobil. Sedikit berbeda dengan perjalanan Geneva – Madrid, perjalanan Geneva – Turin ini saya sangat menikmatinya. Dibutuhkan kira-kira 3,5 jam untuk memasuki teritori Turin, ingat hanya memasuki wilayah TURIN.
Hambatan pun datang setelah memasuki wilayah Turin. Pikiran saya tentu saja kita akan dengan mudah menemukan “THE NEW DELLE ALPI” secara tempat tersebut sangat well known dan mungkin menjadi landscape kota tersebut, tapi ternyata sama sekali tidak mudah. Entahlah, mungkin karena kita tidak tahu kondisi jalan menuju JUVENTUS STADIUM itu ataukah memang sulit untuk menemukan tujuan tersebut.

Sudah kita duga sebelumnya, bahwa stadion ini tidak mempunyai program tour stadium. Bisa dilihat dari bentuk stadion itu sendiri, seolah tidak begitu terawat. Banyak grafiti-grafiti fans torino. Kami menyempatkan untuk berputar stadion tersebut dan ketika bertemu security stadion, lalu kita pastikan apakah ada tour stadium atau tidak. Dan memang, stadion ini tidak mempunyai tour stadion.

Kami akhirnya sampai juga di rumah baru JUVE !! Tapi sayang sekali, proyek stadion tersebut dalam tahap finishing. Kami mencoba untuk masuk ke dalam stadion, eh baru saja mencoba masuk sudah ada security yang marah-marah dengan bahasa Italia. Intinya tidak boleh masuk, meski kami coba meyakinkan bahwa kami berasal dari indonesia security tersebut tetap melarang kami untuk masuk. Dalam hati ingin sekali masuk untuk mencium rumput stadion dan make a wish. Ataupun sekedar memegang dinding stadionnya, tapi sayang keinginan itu pun urung tercapai. Akhirnya kami dengan berat hati meninggalkan stadion dan memutari stadion ini sembari make a wish, eh benar saja, performa juve musim ini sangat berbeda dari musim sebelumnya.
Setelah itu kami ingin mencari juvestore untuk membeli jersey. Raga sudah ada di Turin, pasti kesalahan besar jika tidak membeli sesuatu dari kota ini. Seusai mengitari stadion ini, ternyata juvestore yang dicari ternyata tidak ada. Tentu hopeless, karena waktu semakin tipis mengingat kami harus segera menuju Milan. Kami pun menyempatkan diri beristirahat serta makan siang di restoran cepat saji di samping stadion. Ternyata restoran itu ramai oleh para Juventini, entah itu untuk makan siang ataupun mengobrol sesama juventini. Setelah makan kesempatan itu pun dimanfaatkan paman saya untuk menanyakan di manakah tempat untuk mendapatkan jersey juve. Dengan sigap, Juventino bertubuh tambun dan bertato lambang juve itu menunjuk tidak jauh dari restoran itu. Sekejap saja kami langsung jalan kaki untuk mencapai toko tersebut. Dari luar tidak tampak Juvestore, mungkin bisa dibilang sport store biasa. Mungkin karena stadion dalam renovasi, maka juvestore pindah di area tersebut. Entah kenapa begitu banyak sekali halangan pada hari itu, baru saja kami tiba di lokasi ternyata sudah waktunya jam istirahat siang dan akan dibuka 1 jam lagi !! OMG !! Waktu itu waktu menunjukkan kira-kira pukul 2 siang dan baru akan dibuka pukul 3. Tentu saja jika menunggu sampai dibukanya store tersebut tentu akan sangat tipis waktu untuk ke milan. Dibutuhkan waktu kurang lebih 3 jam-an untuk sampai milan, saya pun pasrah, karena merasa tidak enak dengan paman saya. Tapi untungnya paman saya memutuskan untuk menunggu sampai dibukanya store tersebut. YIPPEEE !! FINALLY GOT IT !! Meskipun jersey away juve musim lalu tapi saya memutuskan untuk membingkainya, karena jersey ini memiliki kenangan yang indah.
Yah, begitulah share cerita dari saya, meskipun tidak sempat masuk bahkan menonton pertandingan Juve atau berkunjung ke Juve center, tapi saya rasa pengalaman untuk menginjakkan kaki di Turin sudah lebih dari cukup bagi saya, semoga ke depan bisa diberi kesempatan untuk lebih jauh lagi melakukan seusatu di Turin, AMIN.
Sedikit share ketika saya di Milan, saya sempat mengikuti tour stadion Giuseppe Meazza / San Siro. Saya juga make a wish dan melakukan ritual yang sedikit aneh, yaitu buang air di stadion tumpangan itu sembari berharap prestasi duo merda tersebut jeblok. Alamaak, ternyata memang benar. Prestasi duo merdee sempat jeblok di awal musim, meskipun sekarang perlahan mulai naik, mungkin perlu banyak buang air supaya kejeblokan mereka terus konsisten.
Sedikit oleh-oleh dari stadion tumpangan hehehe…
0 komentar:
Posting Komentar